Jadikan Tangerang Selatan Bebas Penyakit Kaki Gajah

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan mampu menekan jumlah penyebaran virus penyakit kaki gajah (filariasis). Keberhasilan ini tidak terlepas dari program pemberian obat secara massal pascapenetapan status endemis.

"Sejak tahun 2008 atau awal otonomi daerah jumlah penderita kaki gajah ada 19 orang. Sekarang jumlahnya tidak berubah," kata Kepala Dinas Kesehatan, Dadang, kepada Web Tangsel usai menghadiri acara Seminar Sehari Penyakit Kaki Gajah di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Cirendeu, Ciputat Timur, Rabu, 14 November 2012.


Dadang mengungkapkan, Daerah penyangga ibukota ini telah dinyatakan endemis kaki gajah dan pemberian obat massal terus digulirkan oleh aparat terkait. Sejak digulirkannya pemberian obat filariasis pada 2009 lalu jumlah penderita kaki gajah dapat ditekan. Pemberian obat ini menurutnya akan diberikan setiap tahun dalam kurun waktu lima tahun agar wabah tersebut tak menyebar.

Pemberian obat massal kepada seluruh warga Tangsel ini menurut Dadang, tembus ke angka 80 persen. Angka tersebut cukup maksimal karena tidak mungkin seluruh warga tanpa kecuali harus mengkonsumsi dosis obat DEC, Albendazole dan Paracetamol. Sementara penduduk yang ditunda saat minum obat antara lain, ibu hamil dan menyusui, anak-anak dibawah usia dua tahun, orang yang mengidap sakit berat atau kronis dan balita gizi buruk.

"Presentasenya sampai 2,4 persen (penderita) dari jumlah penduduk Tangsel. Tidak mungkin sampai 100 persen. Pada saat diberikan warga yang sedang tidak ada di rumah atau warga tersebut sedang hamil atau memiliki riwayat penyakit yang memang tidak diperbolehkan minum obat filariasis. Angka tersebut sudah bagus sekali," terangnya.

Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Tri Utami Pertiwi, melansir hingga November ini tercatat ada 19 warga terserang penyakit kaki gajah (filariasis). Akhir 2013 mendatang pihaknya akan menghentikan pemberian obat tersebut.

“Program pemberian obat anti filariasis akan selesai akhir tahun 2013 mendatang. Itu tahun kelima dari program kami. Dari fokus kami mengentaskan endemi kaki gajah di Tangsel, kini tinggal terdata 19 orang yang dinyatakan penuh menderita kaki gajah. Namun sulit bagi mereka  disembuhkan,” jelas Tri Utami.

Uut, begitu sapaan akrabnya, menjelaskan, agar jumlah penderita kaki gajah tidak terus bertambah, pihaknya telah memberikan obat kepada warga melalui puskesmas. Sebab, virus yang bersumber dari nyamuk filaria ini sangat mudah berkembang dan menjangkit warga.

“Setelah empat tahun berjalan, tinggal beberapa warga Tangsel saja yang belum meminum obat anti filaria. Bulan November ini akan kami berikan kepada mereka yang belum,” jelas Uut.

Berdasarkan hasil kajian di kelurahan Sawah Lama, Ciputat, yang dinyatakan sebagai wilayah endemis kaki gajah. Uut menambahkan, ditemukan fakta baru bahwa sudah tidak ada warga yang terserang cacing filaria.

“Pemeriksaan kami pada 20 semple di lokasi yang masih ada penyandang kaki gajahnya, sudah tidak ada yang dalam darahnya mengidap cacing filaria. Hal itu menunjukkan adanya peningkatan dan menuju Tangsel bebas kaki gajah,” tuntasnya.

Pada kegiatan seminar dalam rangka pencegahan penyakit kaki gajah dan HUT ke-4 Kota Tangerang Selatan tersebut, turut hadir sebagai pembicara yakni, Kepala Subdit Filariasis dan Kecacingan Kementerian Kesehatan RI - Saktiyono, Dokter Ahli Parasitologi Klinis - Tjahaja Haerani dan Komisariat IDI Tangerang Selatan dan Kepala UPT Labkesda - Muhammad Alwan

Sumber : tangerangselatankota.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar