Meningkatnya kasus DBD dengan cepat
diantisipasi Dinkes setempat. Untuk itu, Dinas Kesehatan langsung
mengaudit untuk penanganan kasus DBD, Senin (13/11).
“Kami melakukan audit kasus penanganan
demam berdarah terhadap 25 Puskesmas dan empat RS di Tangsel. Tercatat
685 kasus DBD hingga November ini, “ kata Dadang M Epid, Kepala Dinkes
Kota Tangsel, Senin (12/11/2012).
Meski begitu, Dadang mengatakan,
dibandingkan Tahun 2011 lalu, data tersebut DBD cenderung mengalami
penurunan. Bahkan, kasus kematian atas DBD pun turun.
“Sayang, masih ada tiga penderita DBD yang meninggal dunia,” ucapnya.
Dadang mengatakan, untuk menurunkan
angka kematian, Dinkes melakukan audit penyebab kematian tersebut.
Dimana, Dinkes ingin memastikan apakah penyebab kematian tersebut akibat
pelayanan yang lamban, apakah pasien telat berobat atau kesalahan
diagnosa kasus yang salah.
“Jika kasus pasien DBD meninggal ini
akibat pelayanan yang lamban, maka perlu dilakukan peningkatan pelayanan
oleh Puskesmas dan rumah sakit. Kami tidak ingin ada penderita yang
lamban di tangani dan menyebabkan kematian lagi,” tukasnya.
Lebih lanjut Dadang menjelaskan, jika
ada seseorang yang terkena demam berdarah meninggal apakah kesalahan
diagnosa atau penanganan kasus, maka dinkes melakukan perbaikan
penanganan kasus.
“Sedangkan jika penderita tersebut
meninggal akibat deteksi dini yang salah, berarti ditingkat dasar
puskesmas harus mampu secepat mungkin menditeksinya. Puskesmas harus
menggunakan hematelogi eneleser dalam melakukan pemeriksaan deteksi dini
untuk penderita gejala DBD,” tandasnya.
Kasi Penyehatan Lingkungan Anton
Wibowo mengatakan, dalam rangka penurunan kasus DBD pula, saat ini
terdapat 600 kader jumantik yang siap terus menerus melakukan
pemeriksaan jentik di Tangsel. Mereka bertugas seminggu sekali untuk
memeriksa sebanyak 100 rumah di setiap wilayahnya.
Sumber : Tangerangnews.com/tangsel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar